Jangan Meninggalkan Dzikir
لاَتتـْرُكِ الذِكْرَ لِعَدَمِ حُضوُرِكَ
مَعَ اللهِ فيهِ لاَنَّ غفلَتَكَ عن وُجُودِ ذِكرِهِ أَشَدُّ من غَفلَتِكَ فى
وُجوُدِ ذِكرِهِ فعَساَهُ أَنْ يَرْفَعَكَ من ذِكرٍ مع وجودِغَفلَةٍ إلى ذِكرٍ معَ
وُجودِ يَقظةٍ ، ومن ذكرٍ معَ وُجودِ يَقظةٍ إلى ذِكرٍ معَ وُجودِ حُضوُرٍ، ومن
ذكرٍ معَ وُجودِ حُضوُرٍ إلى ذِكرٍ معَ وُجودِ غـَيْبَةٍ عمَّا سِوىَ المَذكـُورِ
وَماَ ذٰلكَ على اللهِ بِعَزِيزِ
"Jangan meninggalkan dzikir, karena engkau belum bisa selalu ingat
kepada Alloh di waktu berdzikir, sebab kelalaianmu terhadap Alloh ketika tidak
berdzikir itu lebih berbahaya dari pada kelalaianmu terhadap Alloh ketika kamu
berdzikir." Semoga Alloh menaikkan derajatmu dari dzikir dengan kelalaian,
kepada dzikir yang disertai ingat terhadap Alloh, kemudian naik pula dari
dzikir dengan kesadaran ingat, kepada dzikir yang disertai rasa hadir, dan dari
dzikir yang disertai rasa hadir kepada dzikir hingga lupa terhadap segala
sesuatu selain Alloh. Dan yang demikian itu bagi Alloh tidak berat [tidak
sulit].
Syarah
Empat keadaan yang berkaitan dengan dzikir:
1. Berdzikir dalam keadaan hati tidak ingat kepada Alloh.
2. Berdzikir dalam keadaan hati yang ingat kepada Alloh.
3. Berdzikir dengan disertai rasa kehadiran Alloh di dalam hati.
4. Berdzikir dalam keadaan fana' dari makhluk, lenyap segala sesuatu dari
hati, hanya Alloh saja yang ada.
Seorang salik tidak boleh meninggalkan Dzikir, disebabkan karena hatinya
belum bisa ingat/menghadap kepada Alloh. akan tetapi ia harus tetap selalu
berdzikir walaupun hatinya masih belum bisa khudhur.
Karena orang yang meninggalkan dzikir itu jauh dengan Alloh hati dan
lisannya. berbeda dengan orang yang mau berdzikir, meskipun hatinya masih jauh
dengan Alloh karena belum bisa mengingat Alloh waktu berdzikir, tapi lisannya
dekat dengan Alloh.
karena tidaklah sulit bagi Alloh untuk mengubah suasana hati
hamba-Nya yang berdzikir dari suasana yang kurang baik kepada yang lebih baik
hingga mencapai yang terbaik. Menaikkan satu tingkat [derajat] kelain tingkat
[derajat], dzikir adalah satu-satunya jalan yang terdekat menuju kepada Alloh,
bahkan sangat mudah dan ringan.
Abu Qasim al-Qusyairy berkata: "Dzikir itu simbol wilayah
[kewalian], dan pelita penerangan untuk sampai, dan tanda sehatnya
permulaannya, dan menunjukkan jernihnya akhir puncaknya, dan tiada suatu amal
yang menyamai dzikir, sebab segala amal perbuatan itu ditujukan untuk
berdzikir, maka dzikir itu bagaikan jiwa dari segala amal. Sedang kelebihan
dzikir dan keutamaannya tidak dapat dibatasi".
Allah berfirman: "Berdzikirlah [ingatlah] kamu
kepada-ku, niscaya Aku berdzikir [ingat] kepadamu." [QS. Al-Baqorah
152].
Dalam hadits Qudsi, Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda,
Alloh 'Azza wa Jalla berfirman: "Aku selalu mengikuti sangkaan
hamba-Ku kepada-Ku dan Aku selalu bersamanya ketika ia berdzikir kepada-Ku.
Jika ia berdzikir [mengingat] dalam dirinya. Aku pun berdzikir padanya dalam
dzat-Ku dan jika ia berdzikir pada-Ku di keramaian, maka Aku pun berdzikir
padanya dalam keramaian yang lebih baik dari pada kelompoknya, dan jika ia
mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta, dan jika ia
mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa, dan jika ia datang
kepada-Ku berjalan, Aku akan datang kepadanya berjalan cepat."
Abdullah bin Abbas rodhiyallohu 'anhu
berkata: "Tidak ada suatu kewajiban yang diwajibkan oleh Alloh pada
hamba-Nya melainkan ada batas-batasnya, kemudian bagi orang-orang yang berudzur
dimaafkan jika ia tidak dapat melakukannya, kecuali dzikir, maka tidak ada
batas dan tidak ada udzur yang dapat diterima untuk tidak berdzikir, kecuali
jika berubah akal [gila].
Alloh berfirman: "... Bagi orang-orang yang mempunyai
pikiran [sempurna akal]. Yang selalu berdzikir [mengingat] Alloh sambil
berdiri, duduk dan berbaring." [QS. Ali-Imran 190-191].
Firman Allah: "Wahai orang-orang yang beriman,
Berdzikirlah [ingatlah] kamu kepada Alloh dengan dzikir sebanyak-banyaknya. Dan
bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang."
Yakni pagi, siang, sore, malam, di darat, di laut, di
udara, dalam perjalanan [musafir] berdiam diri pada semua tempat dan waktu, bagi
yang kaya, miskin, sehat, sakit, terang-terangan atau sembunyi dengan lisan
atau hati dan pada tiap keadaan.