Zahid Dan Roghib
ماَقـَلَّ عَملٌ بَرَزَ من قلْبٍ زاَهِدٍ
ولاكَثـُرَ عملٌ بَرَزَ من قلبٍ رَاغِبٍ
"Tidak dapat dianggap kecil/sedikit amal perbuatan yang dilakukan
dengan hati yang zuhud ,dan tidak dapat dianggap banyak amal yang dilakukan
oleh seseorang yang cinta dunia."
Syarah
Kita telah diajarkan keluar dari alam kepada Pencipta alam, berhijrah
kepada Alloh dan Rosul-Nya. Kita diajar supaya memilih sahabat yang dapat
membangkitkan semangat untuk berjuang pada jalan Alloh dan berbuat
taat kepada-Nya. Hikmah 55 ini memberi gambaran apakah hijrah rohani itu akan
berhasil atau gagal. Alat untuk menilainya ialah dunia. Bagaimana kedudukan
dunia di dalam hati akan mempengaruhi perjalanan kerohanian.
Ukuran amal itu menurut hati orang yang beramal, apabila amal itu dilakukan
orang yang zuhud(hatinya tidak tergantung pada dunia), walaupun kelihatan
sedikit akan tetapi hakikatnya banyak. Karena zahid itu amalnya bisa selamat
dari penyakit yang menjadikan amalnya tertolak, seperti riya’ mencari
kepentingan dunia, tidak karena Alloh, dll. Sebaliknya amal orang yang roghib
(cinta/rakus dunia) amalnya tidak selamat dari penyakit-penyakit yang tersebut.
Ali bin Abi Thalib karromalloh wajhah berkata: "Tumpahkan
semua hasrat keinginanmu itu kepada usaha untuk diterimanya amal perbuatanmu,
sebab tidak dapat dianggap kecil/sedikit amal perbuatan yang diterima oleh
Alloh." Allah berfirman: "Innamaa yataqobbalu -llohu
minal-muttaqiina"[Sesungguhnya Alloh hanya menerima amal perbuatan
dari orang yang bertakwa], ikhlas baginya, dan tepat menurut ajaran-Nya.
Abdulloh bin Mas'ud rodhiyallohu 'anhu berkata: "Dua rokaat yang
dilakukan oleh seorang alim yang mengerti dan ikhlas [tidak tamak/rakus kepada
dunia], lebih baik dari ibadah orang-orang ahli ibadah sepanjang masa tapi
masih cinta dunia."
Abu Sulaiman ad-Darony bertanya kepada Ma'ruf al-Karkhi: "Mengapakah
orang-orang itu kuat taat sampai sedemikian rupa banyaknya? Jawabnya, 'Karena
mereka telah membersihkan hati mereka dari pada cinta dunia, andaikata masih
ada sedikit cinta dunia, tidak akan diterima dari mereka amal perbuatan
itu'."
Seorang sholeh mengeluh kepada Abu Abdillah al-Qurosyi, bahwa ia telah
berbuat berbagai amal kebaikan, tetapi belum bisa merasakan kelezatan amal
kebaikan itu dalam hatinya. Jawab Abu Abdullah al-Qurosy, ''Karena engkau masih
memelihara puteri iblis, yaitu kesenangan dunia, dan lazimnya seorang ayah itu
selalu berziarah kepada puterinya.''