Aneh Dan Ajaib
الْعَجَبُ كُلُّ العًَجَبِ مِمّاَ لاَ
انْفِكاَكَ لهُ عَنْهُ وَيَطلُبُ ما لاَ بَقاَءَ لهُ مَعَهُ فاِنـّهَاَ لاَ
تَعْمَى الاَبْصَارُ وَلٰكِنْ تَعمىَ الْقُلوْبُ الَّتىِ فِى الصُّدُورِ
"Keanehan yang sangat mengherankan [ajaib] terhadap orang
yang lari dari Alloh yang sangat dibutuhkan, dan tidak dapat lepas
dari padanya. dan berusaha mencari apa yang tidak akan kekal
padanya. Sesungguhnya bukan mata kepala yang buta, tetapi yang buta ialah mata
hati yang di dalam dada."
Syarah
Hikmah 45, menceritakan tentang tingkatan makrifat yang dicapai melalui
penyaksian mata hati. Makrifat melalui mata hati diperoleh dengan cara
bertauhid. Hikmah 46, menggambarkan tentang tauhid yang tertinggi. Tingkatan
yang tertinggi itu tidak mudah dicapai. Jalan untuk mencapainya adalah dengan
menghapuskan semua jenis syirik, yang lahir dan yang batin/samar. Hikmah 47
hingga 49 menceritakan tentang syirik yang samar, yaitu hati bukan bergantung
kepada Allah saja tetapi pada makhluk yang sama, ia juga berharap
kepada makhluk, lantaran kurang keyakinannya kepada Alloh , atau kerana
menyangka makhluk bisa melakukan sesuatu yang memberi bekas kepada perjalanan
takdir Ilahi. Syirik yang demikian dirumuskan oleh Hikmah 50 ini dengan
mengatakan bahawa itu semua terjadi akibat buta mata hati. Sekiranya mata hati
dapat melihat tentu dilihatnya bahwa dalam keadaan apa saja dia tidak
terlepas dari qudrat dan Iradat Alloh s.w.t. Dia tidak akan dapat melepaskan
dirinya dari Alloh s.w.t. Alloh mempunyai segala sifat-sifat iftiqar
yang menyebabkan semua makhluk-Nya tidak ada jalan melainkan bergantung
kepada-Nya.
Seorang yang melarikan diri dari panggilan Tuhan untuk beribadah
semata-mata karena ingin memuaskan hawa nafsu dan syahwatnya, suatu fakta
butanya mata hatinya, sebab ia telah mengutamakan bayangan dari pada hakikat,
mengutamakan yang sementara dan meninggalkan keabadian, mengutamakan yang dapat
binasa dari pada yang tetap kekal untuk selama-lamanya.